Senin, 17 Maret 2014

PSIKOLOGI ANAK



PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
Sangatlah tidak bisa dipisahkan mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak saat lahir. Perkembangan motorik dan fisik anak sangatlah berhubungan dengan pertumbuhan psikis anak. Oleh karena itu psikologli perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.
Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Laju perkembangan dan pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikiri, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya. Saat perkembangan anak khususnya saat perkembangan dini, orang tua harus betul menjadikannya sebagai perhatian khusus, karena hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang. Guna mendukung hal tersebut berikut adalah beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua mengenai perkembangan anaknya.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap:
  • Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
  • Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.
  • Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.
  • Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.
Perkembangan Fisik Anak
Mengenai perkembangan fisik anak bisa dilihat dari perkembangan motroik anak. Perkembangan motorik anak ini terbagi lagi ke dalam perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Untuk lebih jelasnya bisa di baca di: Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
  • Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya.
  • Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
  • Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
  • Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
  • Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
  • Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.

Psikologi perkembangan

Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.

Area studi

Berdasarkan usia:
Masa
Usia
Status pekerjaan
0-3 tahun
Non produktif
4-6 tahun
7-12 tahun
Produktif
13-18 tahun
Dewasa awal
19-39 tahun
Dewasa tengah
40-60 tahun
Dewasa akhir (lansia)
≥ 61 tahun
Non produktif
Berdasarkan topik:
PENGERTIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN dan KEGUNAANNYA 

1.Pengertian Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.

2.Kegunaan psikologi perkembangan

Berikut ini akan dikemukakan kegunaan psikologi perkembangan sebagai berikut :
  • Dengan mempelajari psikologi, orang akan mengetahui fakta-fakta dan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku manusia.
  • Untuk memahami diri kita sendiri dengan mempelajari psikologi sedikit banyak orang akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik segi pengenalan, perasaan, kehendak, maupun tingkah laku lainnya.
  • Dengan mengetahui jiwanya dan memahami dirinya itu maka orang dapat menilai dirinya sendiri.
  • Pengenalan dan pemahaman terhadap kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan yang sangat penting untuk dapat memahami kehidupan jiwa orang lain.
  • Dengan bekal pengetahuan psikologi juga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai tingkah laku normal, sehingga kita dapat mengetahui apakah tingkah laku seseorang itu sesuai tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita sendiri.
·         3. Pengertian perkembangan.
·         Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
·         Istilah “perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
·         JENIS-JENIS DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
·         Elizabeth Hurlock mengemukakan jenis-jenis perubahan selama proses perkembangan dan sifat-sifat khusus dalam perkembangan.
·         1. Jenis-jenis perkembangan (Types of changes in Development)
·         Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan digolongkan ke dalam 4 jenis; yaitu:
·         * Perubahan dalam ukuran (changes in size)
* Perubahan dalam perbandingan ( changes in proportion)
* Pengertian wujud ( Disappearance of Old Features)
* Memperoleh wujud baru ( Acquisition of New Features)
·         2. Sifat-sifat khusus perkembangan (Characteristics of Development)
·         Ada beberapa sifat khusus yang dapat kita lihat dalam perkembangan. Dan hanya diambil yang jelas menunjukkan pengaruh yang besar; yaitu:
·         1. Perkembangan berlangsung menurut suatu pola tertentu.
2. Perkembangan berlangsung dari sifat-sifat umum ke sifat-sifat khusus.
3. Perkembangan adalah tidak terputus-putus.
4. Perbedaan kecepatan perkembangan antara kanak-kanak akan tetap berlangsung.
5. Perkembangan dari pelbagai bagian badan berlangsung masing-masing dengan kecepatan sendiri.
6. Sifat-sifat dalam perkembangan ada sangkut pautnya antara satu dengan lainnya.
7. Perkembangan dapat dikira-kirakan lebih dahulu.
8. Tiap-tiap fase perkembangan mempunyai coraknya masing-masing.
9. Apa yang disebut sikap yang menjadi persoalan kerapkali sikap biasa sesuai dengan umurnya.
10. Tiap-tiap orang yang normal akan mencapai masing-masing fasenya terakhir dalam perkembangan.
·         Kesimpulan :
·         * Pengetahuan tentang dasar-dasar perkembangan adalah sangat penting artinya bagi kita.
* Memungkinkan kita mengetahui apa yang dapat kita harap pada suatu usia, sehingga tidak terjadi harapan yang berlebihan atau mematikan pengharapan yang kedua-duanya akan berakibat tidak baik.
* Memungkinkan kita mengetahui secara tepat kapan kita harus berbuat dan apa yang harus kita buat untuk membantu pertumbuhannya, agar berlangsung dengan baik.



FASE DAN CIRI-CIRI PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN
·         Pendapat para Ahli mengenai periodisasi yang bermacam-macam di atas dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:
·         1) Periodisasi yang berdasar biologis.
·         Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
·         2) Periodisasi yang berdasar psikologis.
·         Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis ialah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya.
·         3) Periodisasi yang berdasar didaktis.
·         Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai berikut:
·         1. Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)
·         Masa ini berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa sebelu lahir ini terbagi dalam 3 priode; yaitu:
·         1. Periode telur/zygote, yang berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
1. Periode Embrio, dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
2. Periode Janin(fetus), dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
·         1. Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
·         Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
·         Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
·         a) Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
·         b) Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
·         c) Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
·         d) Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
·         3. Masa Bayi (Babyhood).
·         Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun.
·         Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
·         4. Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood).
·         Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD.
·         5. Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).
·         Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
·         6. Masa Puber (Puberty).
·         Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0 atau 16,0.
·         Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki.
·         Ada empat perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
·         1. i. Perubahan besarnya tubuh.
2. ii. Perubahan proporsi tubuh.
3. iii. Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
4. iv. Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
·         8. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood).
·         Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai mati.
·         Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
·         9. Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).
·         Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
·         a) Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
·         b) Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
·         c) Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
·         d) Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
·         10. Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood).
·         Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
·         Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
·         Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
Masa bayi dan anak-anak
* Belajar berjalan
* Belajar mekan makanan padat
* Belajar berbicara
* Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
* Mencapai stabilitas fisiologik
* Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
* Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
* Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati

Masa Anak Sekolah
* Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
* Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
* Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
* Belajar peranan jenis kelamin
* Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
* Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
* Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
* Belajar membebaskan ketergantungan diri
* Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga

Masa Remaja
* Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
* Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
* Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
* Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
* Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
* Perkembangan skala nilai
* Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
* Persiapan mandiri secara ekonomi
* Pemilihan dan latihan jabatan
* Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

Masa Dewasa Awal
* Mulai bekerja
* Memilih pasangan hidup
* Belajar hidup dengan suami/istri
* Mulai membentuk keluarga
* Mengasuh anak
* Mengelola/mengemudikan rumah tangga
* Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
* Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
* Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
* Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
* Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
* Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
* Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
* Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
·         Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda.
·         Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
·         Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
·         Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun factor lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor eksternal).
·         Manurut Elizabeth B. Hurlock, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Tetapi bailklah beberapa diantara faktor faktor-faktor tersebut ditinjau:
Intelligensi
·         Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
·         Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
Seks
·         Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki.
·         Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12 tahun.
Kelenjar-kelenjar
·         Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.


Kebangsaan (ras)
·         Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan ank-anak kulit putih dan kuning.
Posisi dalam keluarga
·         Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat.
·         Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
 Makanan
·         Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
Luka dan penyakit
·         Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
Hawa dan sinar
·         Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
Kultur (budaya)
·         Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.
·         Elizabeth B. Hurlock juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
Kematangan (Maturation)
·         Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodra ini diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
·         Pertumbuhan karena kodrat terkadang timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di muka, suara berubah dengan tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap seks lain, yang berkembang menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan pemuda sebagai kebalikan dari kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya (Masa Pueral).
·         Pada anak-anak sering terlihat, tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya yang terkadang setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat terbelakang dalam pekembangannya.
Belajar dan latihan (Learning)
·         Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
·         Kedua sebab kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat terbatas.
·         Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan tidak memerlukan latihan.
·         Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
·         Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman. Hasilnya antara lain:
1.      Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinkan pengajaran/pelatihan.
2.       Dalam hal perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan di antaraanak kembar dan anak yang berbeda rasnya (Nego dan Amreika misalnya).
3.      Berlangsungnya secara bersama-sama antara pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran/latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.
HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN
·         Perkembangan fisik dan mental disamping dipengrauhi oleh factor-faktor tersbut diatas, juga perkembangan itu berlangsung menurut hukkum-hukum tertentu.
·         Adapun hukum-hukum perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
Hukum Konvergensi
·         Hukum Konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah Willian Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan. Kedua pengaruh tersebut dapat dimisalkan Dari gambar di atas dapat dilihat adanya Saling pengaruh kedua faktor pembawaan dan lingkungan.
Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
·         Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya.
·         Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
·         Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri.
·         Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan sebagainya itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.
Hukum Masa Peka
·         Masa peka ialah masanya suatu fungsi mudah/peka untuk dikembangkan. Masa peka merupakan masa yang terjadi nya dalam perkembangan pada saat-saat tertentu. Misalnya anak usia satu sampai dua tahun yang mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang diajarkan mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
Hukum Kesatuan Organis
·         Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidk berkembang lepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan.
Hukum Rekapitulasi
·         Merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabd-abad. Dengan hokum ini berarti perkembangan jiwa anak itu merupakan ulangan dan adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya (yang dilakukan oleh nenek moyang)
Dapat dibagi dalam beberapa masa:
Masa berburu dan menyamun
·         Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan, menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dsb)
Masa mengembala
·         Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing, burung, anjing, dsb.
 Masa bercocok tanam
·         Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda sengan berkebun, menyiram bunga.
Masa berdagang
·         Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.
 Hukum Tempo Perkembangan
·         Ialah bahwa tiap anak mempunyai tempo kecepatan dalam perkembangannya sendiri-sendiri. Ada anak yang perkembangannya lebih cepat dari anak lainnya.
Hukum Irama Perkembangan
·         Berlaku terhadap perkembangan setiap orang baik menyangkut perkembangan jasmani maupun rohani. Hal ini berlangsung silih berganti, terkadang teratur, terkadang juga tidak. Adakalanya tenang, adakalanya goncang, tergantung dari irama perkembangan masing-masing individu tersebut.
·         Pada umur tiga sampai lima tahun seorang anak biasanya mengalami irama goncangan sehingga sukar diatur, suka membangkang, tetapi setelah itu anak bisa tenang kembali.

1.    Psikologi Pada Masa Kanak-Kanak
A.     Awal masa kanak-kanak
Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematic, menyulitkan atau masa bermain, oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekola, dan oleh ahli psikoligi disebut dengan prakelompok, penjajah atau usia bertanya. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakan pada masa bayi, menjadi cukup baik. Berbagai hubungan keluarga, orang tua anak, antar saudara dan lingkungan sangat berperan dalam dalam sosialisasi anak dan perkembangan konsep diri dalam tingkat kepentingan yang berbeda.
Kebahagiaan pada awal masa kanak-kanak bergantung lebih kepada kejadian yang menimpa anak dirumah daripada kejadian diluar rumah. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai ketrampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting untuk belajar ketrampilan, anak yang pemberani dan senang mencoba hal-hal yang baru, dank arena hanya memiliki beberapa ketrampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan ketrampilan baru. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam perkembanganya pengertian dan berbagai ketrampilan berbicara, ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, besarnya keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain. Bermain sangat dipengaruhi oleh ketrampilan motorik yang dicapai, tingkat popularitas yang ia senangi diantara teman sebaya, bimbingan yang diterima dalam mempelajari berbagai pola bermain dan setatus social ekonomi keluarga.
Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui hukuman dan pujian, preode ini juga merupakan masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda, ada yang secara otoriter, lemah dan demokratis. Minat umum anak meliputi minat terhadap agama, tubuh manusia, diri sendiri, pakaian dan seks, ketidaktepatan dalam mengerti sesuatu merupakan hal yang umum pada masa awal kanak-kanak karena banyak konsep yang kekanak-kanakan dipelajari tanpa bimbingan yang cukup dank arena anak sering didorong untuk memandang kehidupan secara tidak realistis agar lebih menarik dan semarak.

B. Akhir masa kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu ekitar umur 13 th bagi anak perempuan dan 14 th bagi anak laki-laki, yang mana masa tersebut oleh orang tua disebut masa yang menyulitkan karena pada masa-masa ini anak sering bertengkar, bandel dan lain-lain, para ahli psikologi menyebutnya dengan usia penyesuaian atau usia kreatyif. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks dan inteligensi.
Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan kedalam empat (4) kelompok yaitu :
a. Keterampilan menolong diri
b. Keterampilan menolong social
c. Keterampilan social
d. Keterampilan bermain

Akhir masa kanak-kanak disebut “usia berkelompok” karena anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola perilaku, nilai-nilai dan minat anggotanya sebagai anggota kelompok, anak sering menolak standart orang tua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis, dan berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompok. Minat bermain anak dan jumlah waktu yang digunakan untuk bermain tergantung pada derajat dukungan social dari pada kondisi-kondisi lain.
Pada akhir masa kanak-kanak, terdapat peningkatan pesat dalam pengertian dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak-kanak yang disebabkan oleh meningkatnya inteligensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Sebagian besar anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standart moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku sebagai pengganti pengawasan dari luar yang diperlukan pada waktu anak masih kecil, sekalipun demikian pelanggaran di rumah, di sekolah dan di lingkungan tetangga masih sering terjadi.

C. Bahaya psikologis terpenting pada anak
Diantara bahaya psikologis yang terpenting adalah :
a) isi pembicaraan yang bersifat tidak social
b) ketidak mampuan mengadakan kompleks empati
c) gagal belajar penyesuaian social karena kurangnya bimbingan
d) lebih menyukai teman khayalan atau hewan kesayangan
e) terlalu menekankan pada hiburan dan kurang penekanan dalam bermain aktif
f) disiplin yang tidak konsisten
g) gagal dalam mengambil peran seks sesuai dengan pola yang disetujui oleh kelompok social
h) kemerosotan dalam dalam hubungan keluarga
i) konsep diri yang kurang baik

2. Psikologi Pada Masa Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa, bangsa primitive demikian pula orang-orang pada zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

A. Ciri-ciri masa remaja
- Masa remaja sebagai periode yang penting
Bagi sebagian besar anak muda, usia diantara dua belas dan enam vbelas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh dengan kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan ini perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, seang atau takut.
- Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan sesuatu atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahup perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
- Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal. (1) meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. (2) perubahan tubuh, bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. (3) perubahan minat. (4) perubahan perilaku. (5) ingin kebebasan dan takut bertanggung jawab.

B. Tugas perkembangan pada masa remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa, tugas perkembangan pada masa dewasa menunbtut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, akibatnya, hanya sedikit anak lak-laki yang mampu dan hanya anak perempuanlah yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apa lagi mereka yang matangnya terlambat.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan social. Namaun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam pelbagai aktifitas ekstra kurikuler menguasai praktek yang demikian ini, namun mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman, akhirnya mereka tidak memperoleh kesempatan ini.

C. Keadaan emosi selama masa remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai preode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada masa usia ini. Penjelasan diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa ini, adapun meningginya emosi terutama karena berada dibawah tekanan social dan menghadapi kondisi baru.

D. Beberapa minat remaja
Minat rekreasi, meliputi : Permainan dan olah raga, bersantai, bepergian, dansa, membaca, menonton, melamun dan lain-lain.
- Minat social, meliputi : Pesta, minum-minuman keras, obat-obat terlarang, percakapan, menolong orang lain, mencari pasangan dan lain-lain.
- Minat pendidikan dan agama.
- Minat pekerjaan.

E. Perubahan moral pada masa remaja
Menurut Kholberg, tahap perkembangan moral harus dicapai selama masa remaja, tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap yaitu :
1) Individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan setandart moral, apabila hal ini bisa menguntukan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan.
2) Individu menyesuaikan diri dengan standart social dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor social. Dalam hal ini moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.


A. Tahapan perkembangan anak
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
Early childhood (usia 3-6 tahun)
Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
Fisik (motorik)
Emosi
Kognitif
Psikososial
B. Aspek-aspek perkembangan anak
1. Perkembangan Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar
         Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
         Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.


Perkembangan motorik halus
         Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
         Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
2.   Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
3.   Perkembangan Kognitif
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.
4.   Perkembangan Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.
Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.
C. Kegiatan Yang Sering Dilakukan Oleh Sekumpulan Anak.
Pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai perilaku yang dialami oleh sekumpulan anak yang ada di daerah rumah tinggal penulis dengan menggunakan metode wawancara
Dari pertanyaan penulis mengenai, Apa sajakah yang mereka lakukan ketika mereka berkumpul. Penulis mendapatkan bermacam-macam jawaban dari beberapa anak yang penulis wawancarai.
Yang sering mereka lakukan ketika sedang berkumpul adalah main alat musik seperti gitar dan bernyanyi-nyanyi di salah satu rumah sekumpulan anak tersebut.
Dalam hal ini, yang berkembang pada diri anak adalah perkembangan fisik karena anak melatih tangan-tangannya bagaimana cara bermain gitar. Selain itu juga merupakan perkembangan kognitif, karena dari bermain gitar anak mendapatkan tambahan ilmu berupa bagaimana memegang kunci-kunci dalam bermain gitar, bagaimana membaca tangga nada, dan bagaimana cara memetik gitar.
Selain itu, yang tak kalah seru jawab si A (salah satu anak dari kumpulan tersebut) adalah OL singkatan dari kata on line atau ngenet, yaitu dengan membuka game online dan facebook atau yang dikenal dengan FB dan layanan internet lainnya.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa anak mengalami perkembangan kognitif jadi ia merasa ingin tahu dengan suatu perkembangan yang terbaru. Dan merasa malu jika tidak tahu tentang sesuatu yang sedang populer atau juga yang lagi hot-hotnya.
Dari kegiatan diatas perkembangan psikososial juga muncul karena jika seorang anak tidak memiliki hubungan pertemanan atau kekerabatan yang baik dengan temannya, maka ia secara otomatis tidak akan tahu mengenai sesuatu yang lagi populer dibicarakan oleh anak-anak seusianya. Sehingga setiap anak membutuhkan komunikasi yang baik dengan sesama teman seumurannya agar tidak dikucilkan dengan teman yang lainnya.
Selain itu, yang sering kami lakukan jawab si Y adalah ngomongin soal cewek yang lagi di taksir oleh salah satu anak untuk dijadikan bahan gurauan atau ledekan. Memang tidak bisa dipungkiri pada usia 12-15 th merupakan usia yang sedang labil-labilnya, apalagi soal asmara.
Dalam hal ini, di dalam diri anak mengalami perkembangan emosi yaitu perasaan sayang selain dengan orangtua dan teman juga dengan lawan jenisnya. Perkembangan psikososial juga muncul dari kegiatan tersebut karena anak memiliki keinginan untuk berteman, bermain, dan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Tahapan ini merupakan tahapan yang normal karena setiap anak pasti akan mengalami hal yang sama.
D. Anak-Anak Sekarang Senang Dengan Internet
Internet siapa yang tak kenal dengan internet hampir semua orang membutuhkannya. Apalagi untuk kalangan anak muda kata-kata itu sangat akrab ditelinga mereka.
Banyak diantara mereka menggunakannya untuk kegiatan positif. Seperti dari hasil pengamatan yang penulis peroleh anak-anak disekitar ditempat tinggal penulis menggunakan internet untuk mengerjakan tugas, mencari lagu-lagu, dan untuk memperbanyak teman didunia maya.
Tapi selain itu internet juga membawa dampak yang buruk bagi anak karena dengan internet anak-anak menjadi malas belajar. Seperti yang penulis dengar sendiri dari pernyataan narasumber, bahwa jika mereka sudah main game di internet mereka jadi malas untuk belajar. Dan akibatnya sudah bisa ditebak prestasi mereka disekolah pasti akan turun.
Lalu bagaimana dengan orang tuanya apa tidak marah, mereka menjawab ”ya marah tapi kan abis itu selesai”. Begitu gampang mereka menjawab ”ya”, mungkin itu disebabkan karena mereka sudah kebal dengan omelan dari orang tuanya. Sehingga mereka sudah tidak takut lagi.
Hal itu terjadi karena anak-anak yang penulis amati adalah anak-anak yang memang orang tuanya sibuk, sebagian dari mereka dirumah sendiri karena kedua orang tuanya bekerja dan mungkin juga orang tuanya sudah lelah memberitahu anaknya jadi mereka hanya membiarkannya saja.
Selain dari yang tadi diungkapkan, ada satu pernyataan lagi yang dikeluarkan oleh salah satu anak yang membuat penulis sangat terkejut, ternyata melalui internet anak-anak tersebut dapat melihat tayangan yang berbau pornografi. Dan inilah yang juga menjadi salah satu alasan mengapa internet banyak diminati oleh anak muda.
Berdasarkan dari yang penulis amati tiga dari lima anak telah menonton BF atau Bokep yaitu suatu tayangan orang dewasa yang tidak sepantasnya ditonton oleh anak-anak. Dan akibat yang ditimbulkan, apalagi selain perusakan moral anak.
Hal ini sungguh disayangkan karena sesuatu yang berbau seks akan disimpan dan melekat pada otak kanan anak. Sehingga gambaran-gambaran itu akan selalu diingat oleh anak. Akibatnya anak menjadi malas belajar dan lebih senang untuk selalu membayang-bayangkan di dalam pikirannya.
Terbukti dengan hasil penelitian penulis bahwa pada penerimaan raport kemarin khususnya bagi anak-anak yang telah menonton tayangan tersebut mengalami penurunan nilai / prestasi dibanding dengan nilainya tahun kemarin.
Dari hal tersebut perlulah sikap waspada dari orang tuanya dan orang tua perlu menambahkan perhatian pada anaknya, agar anaknya kelak tidak hancur dengan kenakalanya yang diakibatkan dari kelalaiannya sebagai orang tua.

TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hokum tertentu akan menjadi pendangan yang berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal (Miller,1989) yaitu:
1.      Teori harus masuk akal (logis);didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-    pernyataan yang saling bertentangan.
2.      Teori secara empiris harus masuk akal; artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang saling berlawanan.
3.      Teori harus dapat diuji dan bersifat hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa konstruk, proposisi.
4.      Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintregasikan peneliti terdahulu.
Sebagai salah satu bidang dari psikologi dan sebagai ilmu psikologi perkembangan memiliki teiori-teori  yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu/zaman. Teori-teori psikologiperkembangan yang dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah laku manusia yaitu:
      1.      Perspektif psikoanalisis
Adalah suatu pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan kekuatan ketidak sadaran yang dapat mendorong tingkah laku manusia.Psikoanalisis adalah metode penyembuhan yang diperkenalkan Sigmund Freud supaya pasien mempunyai pengertian yang mendalam mengenai konflik-konflik yang tidak disadari yang bersumber dari masa kecil yang mempengaruhi tingkah laku dan emosi saat ini.
Sigmund Freud bersama dengan Josefh Breuer melakukan praktik mengobati penderita histeria. Dari praktik tersebut ia menemukan metode pengobatan yang disebut psikoanalisis. Dalam mengkaji tingklah laku manusia pendakatan-pendekatan yang digunakan adalah :
      a)      Pendekatan Dinamik
Dalam teorinya Sigmund Freud menggunakan hokum/prinsip alam diantaranya yaitu :
      1)      Hukum konservasi energi
      2)      Prinsip kesenangan
      3)      Prinsip realitas
      b)      Pendekatan Struktural
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji tentang struktur psikologi yang mengalirkan  dorongan-dorongan psikis yang ada (struktur berfungsi sebagai mediator) antara dorongan dan tingkah laku. Menurut Sigmund Freud ada tiga struktur utama yaitu: Id, Ego,dan Superego
         1)            Id, Merupakan dorongandan motif yang tidak disadari (telah ada sejak lahir)dan bertindak atas dasar prinsip kesenangan, berusaha untuk dipuaskan secara langsung dan sesegera mungkin.
         2)            Ego, Merupakan mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas. Ergo biasanya menunda dorongan psikis yang berasal dari Id sampai ada jalan yang dapat diterima oleh realitas. Ego juga bertindak sebagai mediator antara Id dan Super Ego.
         3)            Super Ego dapat dianalogikan dengan hati nurani, disamping itu Super Ego mempunyai nilai-nilai yang disampaikan orang tua maupun masyarakat lainnya.
      c)      Mekanisme Pertahanan Diri
Bahaya yang dating dari Id dan lingklungan dapat menimbulkan kecemasan, oleh karena itu sedapat mungkin ego dapat mengatasi secara realistis dengan menggunakan kemampuan dan keteramp[ilan pemecahan masalah yang dimiliki. Apabila bahaya itu berlebihan dan mengancam ego, maka dipergunakan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri yang lazim digunakan adalah:
         1)            Regresi
         2)            Proyeksi
         3)            Reaksi formasi
         4)            Represi
         5)            Sublimasi
         6)            Fiksasi
      d)      Pendekatan Topografi
Menurut Sigmund Freud dalam fikiran manusia terdapat tiga kawasan yaitu; kawasan ketidak sadaran, kawasan pra kesadaran, kawasan kesadaran.
Ketidaksadaran adalah suatu kawasan yang luas tetapi tidak diketahui, sedangkan pra kesadaran adalah kawasan yang dikenal.
      e)      Pendekatan Bertahap
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu:
      1)      Bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian.
      2)    Bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
      -         Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
      -         Tahap anal (  usia 1-3 tahun )
      -         Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
      -         Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
      -         Tahap genital ( masa remaja)
      a.      Perkembangan Psikososial
Seperti halnya Freud, E. Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap. Setiap anak harus mampu mengatasi krisis atau konflik yang terjadi pada setioap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis yang akan dijumpai dalam kehidupan mendatang. Dalam pandangannya Erikson mengemukakan bahwa :
             1)                    Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasuf yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya.
             2)                   Ego berfungsi utuk memahamki realitas dunia sosial agar indivbidu yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi yang normal.
             3)                   Secara mendasar manusia adalah mskhluk yang nrasional, pikiran, perasaan dan tindakannya sebagian besar dikomtrol oleh ego.
Ketiga pandangan tadi yang membedakannya dengan Freud tantang manusia. Selanjutnya Erikson mengatakan lebih baik memperhatiokan perkembangan psikososial sepanjang rentang kehidupan dari pada perkembangan psikoseksual yang dasarnya biologis dan  hanya sampai masa remaja. Disamping itu juga Erikson menyatakan bahwa perkembangan emosi jauh lebih penting bagi kehidupan seseorang dari pada perkembangan seksual.


Seluruh rentang kehiduapn manusia terdiri atas dleapan tahap, dan selam hidupnya manusia akan menghadapi delapan macam krisis/konflik. Pada umumnya setiap krisis lebih bersifat ‘sosial’ dan mem punyai imlikasi yang sangat nyata terhadap masa depan individu yang bersangkutan. Kedelapan tahap tersebut sebagai berikut :
1).  Tahap 1     :  Basic Trust Versus Mistrust ( + sejak lahir sampai 1  tahun)
2).  Tahap 2     :  Autonomy Versus Shame doubt ( + pada usia 2 tahun   sampai 3 tahun).
3).  Tahap 3     :  Initiative Versus Guilt ( + pada usia 4 tahun sampai 5  tahun)
4).  Tahap 4     :  Industry Versus Inferiority ( + pada usia 6 tahun sampai pubertas)
5).  Tahap 5     :  Identity and Repudiation Versus Identity Diffusion (masa remaja)
6).  Tahap 6     :  Intimacy and Solidarity Versus Isolation (masa muda)
7).  Tahap 7     :  Generativity Versus Stagnation and Self Absorpt (masa dewasa)
8).  Tahap 8     :  Integrity Versus Despair (masa tua)

      c.       Prinsip Epigenetik
Yaitu suatu prinsip yang didasarkan pada pandangan bahwa sesuatu yang tumbuh itu mempunyai rancangan dasar, dan dari rancangan dasar itulah bagian-bagiannya akan bermunculan, di mana setiap bagian mempunyai pengaruh tersendiri, jika seluruh bagian itu telah dimunculkan maka akan terbentuklah suatu kesatuan yang berfungsi.

      3.      Perspektif Kognitif (Jean Piaget)
Sebagai manusia anak tidak dikendalikan insting maupun di “cetak” oleh pengaruh lingkungan. Tetapi anak adalah seorang pengkonstruk (contructivist). Yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai intepretasi (penafsirannya) tentang cirri-ciri esensi yang ditampilkan lingkungan.
Konstruksi anak tentang realitas (intepretasinya tentang lingkungan) tergantung pada tingkat perkembangan kognitifnya. Dengan demikian perkembangan kognitif anak ditentukan oleh:
      a.      Bagaimana anak menanggapi kejadian-kejadian yang ada dalam lingkungannya dan
      b.      Apa efek dari kejadian-kejadian tersebut terhadap perkembangan anak tersebut.

      Anak yang usianya berbeda akan membuat kesalahan berbeda pula dalam menjawab tes intelegensi, selanjutnya Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi itu suatu atribut yang multidimensional.
      a.      Intelegensi menurut pandangan Piaget
      1). Intelegensi adalah suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang  membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
      2). Satu-satunya tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan
      3).  Lingkungan itu adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan pelbagai rangsangan baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
      4).  Intelegensi adalah suatu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.

      b.      Tingkat perkembangan kognitif
      Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
      1).  Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
      2).  Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
      3).  Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
      4).  Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )

      4.      Perspektif Belajar Sosial
Menurut Bandura, dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih cepat hanya dengan mengamati atau melihat perilaku orang lain. Dalam melakukan pengamtan terkait juga unsure kognitifnya, yakni adanya proses di dalam diri yang mewakili obyek-obyek yang nyata di luar apa yang diamati melalui alat inderanya. Proses tersebut kemudian menjadi dasar bagi munculnya tingkah laku yang sesuai dengan  apa yang telah diamati (Gunarsa, 1981). Individu mengamati perilaku tertentu melalui empat fase seperti yang dikemukakan oleh Bandura (1973), Gunarsa (1981), dan Gage dan Berliner (1984) sebagai berikut :
            a.                  Fase memperhatikan (attention)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek dalam hal ini  perilaku dari modal tertentu berkaitan erat dengan adanya ingatnya. Dalam hal ini seberapa jauh kapasitas individu untuk mengingat berbagai stimulus yang diterimanya. Pada anak berusia sekolah perhatian lebih bersifat “sustained attention”, sementara “selective attention” adalah kemampuan untuk memilih salah satu dari sekian banyak stimulus yang datang padanya. Remaja tertarik dan menaruh perhatian terhadap perilaku model tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai yang hebat, unggu,heroik, berkuasa atau anggun berwibawa. Di satu pihak berkembangnya perhatian pula oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi. Semakin erat hubungannnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut, dan demikian pula sebaliknya.
            b.                  Fase menyimpang (retention)
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase perhatian. Setelah memperhatikan dengan seksama, dan  mengamati perilaku dari model tertentu maka pada saat lain individu akan memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, Ini berarti individu memperhatikan, mengingat dan menyimpan stimulus yang diterimanya dalam “long term memory”  dalam bentuk symbol-simbol. Menurut Bandura, bentuk-bentuk symbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga melalui verbalisasi. Ada symbol-simbol verbal yang nantinya bisa ditampilkan dalam perilaku yang tampak. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan menirunya hanya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual.
            c.                   Fase mereproduksi (reproduction)
Fase ini berkaitan dengan kemampuan motorik individu dalam mereproduksi perilakunya secara tepat. Misalnya, seorang remaja mengamati dengan penuh perhatian bagaimana ayahnya mengendarai mobil. Semua hasil pengamatan tersebut dicamkannya dalam “long term memory” untuk sewaktu-waktu direproduksi ulang. Dalam hal ini dituntut keterampilan motorik tertentu dari diri remaja untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihat dari ayahnya.
            d.                  Fase motivasi (motivation)
Apakah hasil pengamatannya terhadap perilaku modal tertentu akan diwujudkan dalam perilaku nyata ? Hal ini tergantung pada ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu. Apabila motivasinya kuat untuk mewujudkan perilaku tersebut dalam bentuk nyata, maka ia akan melakukannya. Sering kali motivasi berhubungan pula dengan ada tidaknya factor penguat terhadap perilaku tersebut, baik penguat dalam bentuk pemberian pujian ataupun hadiah. Selain motivasi perlu pula adanya pengulangan terhadap perbuatan tersebut,hal ini berguna untuk memperkuat ingatannya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan tertentu, disebut sebagai ulangan penguatan.
      5.      Perspektif Humanistik
Penganut teori ini pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, mencapai aktualisasi diri (self actualization). Mereka juga berpandangan holistik terhadap perkembangan manusia, yaitu manusia itu harus dilihat sebagai lebih dari sekadar sekumpulan dorongan-dorongan, instink-instink, atau pengalaman masa lalu. Bagi mereka setiap orang adalah manusia seutuhnya, unik dan patut dihargai. Pandangan ini dikenal pula sebagai eksistensialisme dan psikologi fenomenologi yaitu pandangan yang mencoba untuk memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu sendiri dan bukan dari sudut pengamat.
Dalam teori ini dikemukakan tentang hubungan antara konsep diri dengan perilaku seseorang selalu sejalan dengan konsep dirinya.
Dua pakar dalam pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
      a.      Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat secara mental. Maslow (1968, dalam  Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia adalah sehat”.
Maslow beranggapan bahwa manusia bukanlah hanya sekedar salah satu jenis binatang, melainkan adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya.
Menurut Maslow, setiap orang dalam dirinya mempunyai sifat dasar sendiri dan memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mengekspresikan sifat tersebut. Akan tetapi setiap orang pada mulanya harus dapat meyakinkan dirinya bahwa ia mampu memenuhi tuntutan pokok kelangsungan hidupnya, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar yang dituntut oleh semua makhluk hidup yang dimulai dari kebutuhan dasar yang umum sifatnya seperti makanan dan air, lalu terus meningkat sampai dengan kebutuhan yang khas manusiawi. Walaupun Maslow tidak mengatakan bahwa hirarkinya itu satu perkembangan, namun urutan susunannya tampak sebagai suatu perkembangan.
b.      Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi manusia yang berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981 dalam Berger 1983 ; 44). Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal self  atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan realistic.
Rogers juga percaya bahwa dalam proses menjadi seseorang yang berfungsi penuh, diperlukan panduan dari dan oleh orang-orang yang penting dalam hidup kita, yaitu orang-orang yang dapat digolongkan sebagai “significant others” (orang-orang yang berarti) seperti orang tua atau teman-teman karib kita yaitu orang-orang yang merawat kita dan mencintai, menerima dan menghargai kita apapun yang kita perbuat (orang-orang yang bersikap positif tanpa syarat).
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan ini, juga menarik bagi para ahli psikologi perkembangan karena mereka berpandangan bahwa perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dapat terjadi dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari kelahiran sampai akhir kehidupan. Segi lain yang menarik, dari teori humanistic adalah sudut pandangnya yang luas, yang memungkinkan para peneliti untuk memandang perkembangan sebagai suatu keseluruhan, suatu perbaikan terhadap pandangan para penganut teori perilaku (behaviorist) yang agak sempit itu. Hal lain yang menarik dari teori humanistic ini adalah tekanannya pada potensi manusia sebagai dasar dari perkembangan manusia, dan hasil ilmiahnya dapat diterjemahkan ke dalam program-program praktis untuk merangsang dan meningkatkan perkembangan secara optimal.
Teori-Teori Psikologi Terhadap Hakikat Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia yang cakap.
2. Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang,peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kea rah titik optimal kemampuan fitrahnya (Desmita, 2011) Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “Peserta didik diartikan sebagai anggotamasyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
3. Teori-Teori Psikologi tentang Hakikat Peserta Didik Pandangan Psikodinamika Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia, Freued membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis, tidak dapat dilihat atau diukur secara langsung, tetapi keberadaannya ditandai oleh perilaku yang dapat diamati dan diekspresikan pada pikiran dan emosi, yaitu id, ego dan superego. Agar tercipta keseimbangan hidup, id dan superego harus dijembatani oleh hal yang bersifat realistis (ego).
4. Pandangan Behavioristik Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi dari teori psikodinamika. Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik dan materialistik.
5. Pandangan Humanistik Para teoretikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Manusia digambarkan sebagai individu yang aktif, bertanggungjawab, mempunyai potensi kreatif, bebas, berorientasi ke depan, dan selalu berusaha untuk self-fulfillment (mengisi diri sepenuhnya untuk beraktualisasi). Kegagalan dalam mewujudkan potensipotensi ini lebih disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari pendidikan dan latihan yang diberikan oleh orangtua serta pengaruh-pengaruhnya.
6. Pandangan Psikologi Transpersonal Piskologi transpersonal berawal dari penelitianpenelitian psikologi kesehatan yang dilakukan oleh Abraham Maslow dalam tahun 1960-an. Penelitian yang intensif dan luas tentang pengalaman-pengalaman keagamaan, seperti “pengalaman-pengalaman puncak” (peak experiences). Sehingga ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami pengalaman-pengalaman puncak merasa lebih terintregasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih cepat dan mudah menyerap sesuatu dan sebagainya.
7. Peserta Didik Sebagai Makhluk Individual Dalam bahasa Indonesia, individu diartikan sebagai sebagai: “orang seorang diri atau pribadi sebagai perseorangan”. Menurut Zakiah Daradjat (1995), individu adalah “manusia perseorangan yang memiliki pribadi/jiwa sendiri, dimana dengan kekhususan jiwa tersebut menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu lain. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk individual berati bahwa manusia itu merupakan keseluruhan atau totalitas yang tidak dapat dibagi.
8. Perbedaan Individual Peserta Didik Secara umum, perbedaan individual dapat dibagi atas dua sisi, yaitu perbedaan secara vertical dan perbedaan secara horizontal. Secara umum, perbedaan individual dapat dibagi atas dua sisi, yaitu perbedaan secara vertical dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya. Sedangkan perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, temperamen, dan sebagainya.
9. ` Beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut:
1. Perbedaan Fisik Motorik
2. Perbedaan Inteligensi
3. Perbedaan Kecakapan Bahasa
4. Perbedaan Psikologis
10. Thank You! and….
Psikologi Pendidikan untuk Guru – Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
  • Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
  • Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
  • Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
  • Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
  • Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
  • Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
  • Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
  • Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
  • Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.


DAFTAR PUSTAKA


Elizabeth, HurlockB. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Turner, M. B. 1976. Psikologi and Science of Behavior, New York : Appleton-Century-Crofts

Watson, R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud. Philadelphia: J. B. Lippincott
http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/08/skripsi-faktor-risiko-kejadian-gejala.html
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan : Penerbit: Erlangga Terbit: Jakarta Tahun Terbit: 1998



http://luluvikar.wordpress.com
http://eduadventure.blogspot.com/2012/06/makalah-psikologi-perkembangan-anak.html
http://www.ayobukasaja.com/2012/06/teori-teori-psikologi-perkembangan.html
http://www.slideshare.net/dheKuLuLFhatma/teoriteori-ps
http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/09/21/pengertian-psikologi-pendidikan/